Kaka Angkat Suara: Ada 5 Pertandingan Yang Mengubah Hidupnya.
Centralgoal – Kaka baru berulang tahun ke-38 pada 22 April 2020 lalu. Kaka akan selalu dikenang sebagai salah satu gelandang terbaik di dunia sepak bola, khususnya selama ada dalam Team AC Milan.
Pria yang bernama lengkap Ricardo Izecson dos Santos Leite dianggap sebagai salah satu playmaker terbaik dalam generasinya. Dia menyulam kesuksesan level klub dan tim nasional.
Keahlian Kaka tidak bisa dipungkiri. Terbukti, dia termasuk satu dari delapan pemain yang bisa meraih trofi Piala Dunia, Liga Champions, dan Ballon d’Or. Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi bahkan tidak bisa masuk daftar tersebut.
Membahas soal kehebatan Kaka, FourFourTwo mengulas kembali sesi interviu eksklusif mereka dengan gelandang cerdas itu.
5 Pertandingan yang mengubah hidup Kaka
Baca Juga: Striker Terbaik di Dunia, Erling Haaland Bisa Capai 300 Juta Euro
1. Jerman 0-2 Brasil (30 Juni 2002)
“Saya tidak bermain tapi saya sangat bangga bisa masuk dalam skuad yang bermain di final Piala Dunia. Saya sangat grogi karena kami melawan Jerman, salah satu tim paling sulit di sepak bola, tapi ketika Ronaldo mencetak dua gol di babak kedua saya tahu kami akan menang,” kata Kaka.
“Dengan lima menit sisa, Felipe Scolari memandang saya dan meminta saya bermain. Saya bahkan tidak perlu pemanasan, saya langsung ke tepi lapangan. Sayangnya saya kehabisam waktu, saya tepat di samping wasit ketika dia meniup peluit panjang.”
“Itu merupakan salah satu hal terbaik yang pernah saya rasakan. Saya masih 20 tahun dan sudah jadi juara dunia bersama Selecao.”
2. Liverpool 3-3 Milan, pen: 3-2 (25 Mei 2005)
“Final Liga Champions 2005 merupakan pertandingan bersejarah yang sangat menarik. Kami punya salah satu barisan pertahanan terkuat dalam sejarah Dida, Cafu, [Jaap] Stam, [Alessandro] Nesta, dan [Paolo] Maldini. Jadi ketika Hernan Crespon mencetak gol dari umpan saya untuk mengubah skor jadi 3-0, kami percaya diri,” buka Kaka.
“Saya masih tidak yakin apa yang terjadi ketika Liverpool menghantam kami hanya dalam enam menit. Saya merasa sangat kecewa ketika Jersy Dudek menahan penalti Andriy Shevchenko.”
“Hari itu saya menerima pelajaran perharga: sepak bola adalah permainan yang tidak bisa Anda remehkan. Saya memenangi banyak pertandingan lain dan gelar lain, sedikit mengurangi rasa sakit atas kekalahan itu, tapi itu tetap jadi pertandingan penting dalam hidup saya.”
3. Brasil 0-1 Prancis: (1 Juni 2006)
“Saya memilih dua kekalahan karena saya belajar banyak hal dari pertandingan itu. Tim Brasil saat itu sangat kuat, ada Cafu, Lucio, Roberto Carlos, Ronaldo, dan Ronaldinho yang baru menjuarai Liga Champions bersama Barcelona,” lanjut Kaka.
“Namun, Zinedine Zidane tampil pada performa terbaiknya hari itu dan Prancis mencapai semifinal. Karena satu kesalahan konsentrasi, mimpi kami mempertahankan trofi Piala Dunia sirna.”
4. Milan 2-1 Liverpool (23 Mei 2007)
“Pertandingan ulang. Kami punya motivasi yang sangat besar untuk memperbaiki segalanya, untuk mencegah pengulangan tragedi tahun 2005,” ujar Kaka.
“Di akhir babak pertama, bahu Pippo Inzaghi membelokkan tendangan bebas Andrea Pirlo ke dalam gawang lawan. Lalu dia mencetak gol kedua di menit ke-82, menerima umpan saya dan melewati Pepe Reina.”
“Namun, ketika Dirk Kuyt mencetak satu gol balasan di menit akhir, kami mulai meragukan diri kami sendiri: ‘apakah terulang lagi? Akankah kami kalah?’.”
“Anda bisa merasakan tekanan dari bangku penonton, tapi kali ini kami mempersembahkan kemenangan yang jadi utang kami pada fans. Itu terasa luar biasa. Saya berada di puncak permainan, 2007 adalah tahun terpenting dalam karier saya. Dimana banyak member yang memasang taruhan atas pertandingan saya banyak mendapatkan kemenangan di situs Bola Online Wama88”
5. Boca Juniors: 2-4 Milan (16 Desember 2007)
“Skor akhir itu mungkin membuat pertandingan terkesan mudah, tapi itu adalah final Piala Dunia Antar club yang sangat sulit. Saat skor 2-1, saya beruntung bisa mencetak gol di menit ke-61,” imbuh Pria tersebut.
“Saya membuka baju dalam saya dengan tulisan ‘I belong to Jesus’, sesuatu yang terus diingat orang ke mana pun saya pergi. Ketika pertandingan berakhir, kami merayakannya seperti anak kecil. Saya pun dinobatkan sebagai man of the match.”